- menyambut tahun baru Hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT, mengintrospeksi diri, melakukan pembenahan dan pembaruan terhapap amal-amal perbuatan kita yang rusak, dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia . . .
Sikap yang tepat adalah menyambut tahun baru Hijriah ini dengan
meningkatkan ketaatan kepada Allah, mengintrospeksi diri, melakukan
pembenahan dan pembaruan terhapap amal-amal perbuatan kita yang rusak,
dan memperbaiki hubungan dengan sesama manusia; terutama keluarga, mulai
istri, anak-anak, dan karib kerabat. Karena seseorang akan dimintai
pertanggung jawaban nanti hari kiamat tentang mereka. Allah berfirman, “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (At-Tahrim: 6).
Selain itu, hendaknya kita melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
kepada kita dengan sebaik-baiknya, karena nanti di hari kiamat, anggota
tubuh seseorang akan berposisi sebagai musuh baginya. Yaitu ketika Allah
menutup mulut seorang hamba lalu tangan dan kaki dan anggota tubuh
lainnya berbicara mengungkapkan apa yang pernah dilakukannya. Allah
berfirman, “Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,
penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa
yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka,
‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab.
‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan
kami pandai (pula) berkata’, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali
yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu
sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran,
penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak
mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan’. Dan yang demikian
itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu,
prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk
orang-orang yang merugi.” (Ash-Shaffat: 20-23).
Pada Al-Qur’an terjemahan Depag diterangkan bahwa mereka itu
memperbuat dosa dengan terang-terangan karena mereka menyangka bahwa
Allah tidak mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui
bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka akan menjadi saksi di
akhirat kelak atas perbuatan mereka.
- Pada hakekatnya, satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan. . .
Hendaknya kita berupaya menjadikan setiap tahun lebih baik daripada
tahun yang sebelumnya. Pada hakekatnya, satu tahun berlalu, berarti satu
tahun lebih dekat dengan kuburan. Maka, hendaknya kita mempergunakan
sisa waktu dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ketaatan kepada
Allah.
Sesungguhnya dunia tidak akan sejahtera kecuali dengan tegaknya
agama. Kemuliaan, keagungan, dan ketinggian derajat tidak akan diperoleh
kecuali bagi orang yang tunduk, patuh, dan berendah diri di hadapan
Allah. Keamanan serta kedamaian tidak akan terwujud kecuali dengan
mengikuti konsep para Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Jika bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu dengan penuh
penyimpangan dan kemaksiatan kepada Allah, berarti hal itu adalah istidraj
dari Allah, yang akan berakibat kehancuran dan kebinasaan. Maka,
hendaknya kita menghindari hukuman Allah dengan mentaati-Nya dan
bertaubat kepada-Nya.
Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk
mengerjakan puasa pada bulan Muharram yang mulia, yaitu puasa sunah
pada tanggal sepuluhnya. Dan, puasa ini adalah puasa yang paling afdhal
setelah puasa Ramadhan. Kemudian, untuk menyelisihi kaum Yahudi yang
juga berpuasa di tanggal sepuluh bulan tersebut, maka Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam
mengisyaratkan untuk berpuasa pula pada tanggal sembilannya. Dan, puasa
sunah bulan Muharram, akan menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya.
- Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa pada bulan Muharram yang mulia, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluhnya. . .
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Puasa hari ‘Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim no. 1975)
No comments:
Post a Comment